Kamis, 23 Mei 2013

Gerak Aswaja, Merah-Putih dalam Realita


Ahmed Miftahul Haque

Merah putih. Itulah kesan yang kita dapat ketika Gerindra bersepakat dengan PKNU untuk bergerak bersama dalam menyongsong pemilu 2014 melalui sayap organisasi Gerakan Rakyat Ahlussunah wal Jamaah (Gerak Aswaja). Partai Gerindra dengan nuansa merah sebagaimana dicitrakan partai nasionalis, sedang PKNU dengan spirit ideologi islam yang disimbolkan putih menjadikan gabungan keduanya memberi kesan merah-putih dalam arti sebenarnya. “Ini merupakan kekuatan luar biasa,” ungkap KH. Abdul Ghofur pengasuh ponpes Sunan Drajad Lamongan.

Sejak dinyatakan tidak lolos sebagai peserta pemilu, banyak parpol mencoba melamar PKNU. Salah satunya adalah PPP. PKNU dengan basis masa Nahdlatul Ulama (NU) menjadi target rasional bagi PPP semenjak PPP mulai mendekati Nahdliyin melalui basis massa pesantrennya. "Saya meminta Nahdliyin pulang kampung ke 'rumah besar'," ujar Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP, Suryadharma Ali dalam suatu kesempatan. Dalam upaya inilah rombongan PPP datang menemui jajaran pengurus PKNU Jawa Timur.

Namun upaya menggandeng PKNU ini tidak berhasil dilakukan oleh PPP. Alasan utamanya adalah PPP ingin penggabungan antara PPP dan PKNU terjadi secara alami, sesuatu yang menjadi sangat absurd dalam dunia politik menurut ketua DPP PKNU Drs. Choirul Anam. “Dalam benak saya sangat sulit melaksanakan penggabungan secara alami. Tidak ada rumusnya dalam dunia politik bergabung secara alami,” ujarnya.

Di lain pihak, Gerindara sangat welcome dengan PKNU. Bahkan Gerindra menerima usulan PKNU untuk membentuk sayap Gerak Aswaja sebagai organisasi otonom yang dimotori para kiai. Ini menjadi penting karena saat ini para kiai NU sangat prihatin dengan meluasnya gerakan Salafi, Jama’ah Tabligh, Wahabi, dll., yang sangat mengganggu kehidupan keberagaman warga Nahdliyin, dan secara politis juga membahayakan bangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pertimbangan mendasar lain yang membuat PKNU bersepakat dengan Gerindra melalui Gerak Aswaja adalah bersih dari korupsi. “Saya melihat Gerindra dengan tokoh pembinanya Prabowo Subianto cukup mampu mendinamisasi internal Gerindra untuk tidak terlibat tindakan-tindakan melawan hukum, dan, apalagi, korupsi,” tukas Choirul Anam.

Sosok dewan penasihat Gerindra, Prabowo Subianto menjadi daya tarik tersendiri bagi Choirul Anam. Ia berpendapat bahwa kedepan Indonesia membutuhkan pemimpin seperti Prabowo Subianto yang ia anggap sebagai sosok yang tegas, lugas dan hangat.

Meski PKNU tidak diloloskan sebagai peserta pemilu dan kini besepakat dengan Gerindra melalui Gerak Aswaja, namun hal ini tidak membuat PKNU melebur menjadi satu dengan Gerindra seperti halnya partai-partai lain yang tidak diloloskan menjadi peserta pemilu. “Sepakat itu saling memahami dan menyepakati, bukan meleburkan diri atau fusi,” terang Choirul Anam.

Sebuah bangunan kerja sama yang unik ditampilkan oleh Gerak Aswaja. Gerindra dengan rela hati membentuk sebuah organisasi sayap untuk memfasilitasi kader-kader PKNU, dan PKNU yang dikenal religious dengan basis massa Nahdliyin yang mengakar kuat bersedia bersepakat dengan Gerindra yang notabene adalah partai nasionalis. Sebuah jalan tengah yang saling menguntungkan.

Prabowo pada peresmian Gerak Aswaja di ponpes Sunan Drajad Lamongan dengan rendah hati mengucapkan banyak terima kasih kepada PKNU dan ketua umumnya karena telah bersedia mendukung Gerindra. Tak ada kesan berat hati ditampilkan oleh Prabowo. Bahkan para kader PKNU dipersilahkan mencalonkan diri sebagai legislator pusat maupun daerah melalui Gerindra.

Bagi Prabowo ponpes Sunan Drajad bukanlah tempat yang asing. Ia telah beberapa kali melakukan kunjungan ke ponpes tersebut. Keakraban ini tidak lepas dari kedekatan ranah kerja diantara keduanya di luar Gerindra; Prabowo sebagai ketua umum HKTI dan kiai Ghofur sebagai ketua Perhimpunan Ponpes Agrobis se-Indonesia.

Kiai yang juga Dewan Penasihat Partai Gerindra ini mengatakan bahwa penggabungan itu dianalogikan sebagai menyatunya Merah dan Putih. Gerinda sebagai perasan dari semangat ideologi Nasionalisme yang disimbolkan merah dan PKNU adalah perasan dari semangat ideologi Islam yang disimbolkan putih. “Gabungan keduanya menyatukan Merah Putih,” ungkap beliau. (dmz/rol)